Cerdas dalam Menjalani Hidup

0

Cerdas menjalani Hidup

Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillahirrabil ‘alamin, shalatu wassallam ‘ala Rasulullah, amma ba’du

Hidup silih berganti, roda kehidupan akan selalu sama sampai waktu yg diKehendaki Allah SWT..dimulai saat manusia lahir menjadi bayi, menapaki masa kehidupannya menjadi balita kemudian remaja, lalu menjadi dewasa dan akhirnya menjumpai kematian. Terlepas dari intrik kehidupan yang menggoda nan fana, roda kehidupan selalu sama. Tidak ada yang dapat merubahnya, krn itu merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan sebagai takdir aam (umum) Allah terhadap manusia.

Di mana pun kalian berada niscaya maut akan menjumpai kalian, meskipun kalian berada di dalam benteng kokoh yang menjulang.” [Q.S. An-Nisa`:78]

Dalam Kehidupan, khususnya pendidikan barat, kita akan jumpai adanya suatu konsep keseimbangan dalam motivasi psikologi manusia, yaitu reward dan punishment. Reward sebagai bentuk harapan bagi seseorang agar tidak putus asa menghadapi sesuatu tantangan, dan Punishment sebagai stimulasi untuk mencegah kegagalan.

Sebenarnya Islam sudah menerapkan kedua hal ini sejak lama..walaupun begitu tentunya sebagai Ad Dien, Islam mempunyai suatu konsep yang hakiki dikarenakan Allah sebagai Rabb an Nas(Tuhannya Manusia) memiliki Pengetahuan Total akan mahluq yg diciptanya.. Seperti apakah konsep tersebut dalam Islam?

Mari kita simak Firman Allah berikut ini:

(QS: Al Kahfi 56) Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan

(QS: Saba 28) Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.

(QS: Al Furqon 1) Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam

(QS: Al Baqorah 119) Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka.

(QS: Al A’raaf 188) Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”

(QS: Al Isra 105) Dan Kami turunkan (Al Qur’an itu dengan sebenar-benarnya dan Al Qur’an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.

(QS: Al Fath 8) Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan

Dan banyak lagi ayat2 serupa yang menunjukkan bahwa basyiran (kabar gembira) akan diberikan kepada siapapun juga yg mengimani Allah dan rukun Iman lainnya serta mengikuti perintah dan laranganNya; sebaliknya nadziran (peringatan) pasti datang bagi yang mengingkarinya..

Dalam konsep ketauhidan Islam kita fahami bahwa siapapun yang meninggal dengan keimanan yang tidak batal, maka akan dimasukkan kedalam surga, walaupun imannya hanya sebesar biji dzarrah, dan terkadang harus mondok di neraka dulu..yang 1harinya berkadar 1000tahun dunia..bayangkan bila kita divonis 1000thn akhirat..sblm kita diKehendaki Allah untuk masuk Surga..artinya kita harus spent (1000*365)+(1000) = naudzubillahimindzalik…

Dari Anas radhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan dalam hatinya ada kebaikan (iman) seberat sya’irah. Dan akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan dalam hatinya ada kebaikan (iman) seberat burrah. Dan akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan dalam hatinya ada kebaikan (iman) seberat dzarrah.”(HR Bukhari no 44)

Bedanya kita dg Agama lain adalah, tidak semua dari kita akan langsung masuk surga.. Ada yang langsung masuk surga ada yang tidak..

Karena belum tentu amalan kita diterima ya teman2…sadarlah..apalagipermohonan ampun kita dimana baju dan konsumsi kita masih terdapat bahan2 haram…

Masih percaya dirikah kalian amalan2 dan permohonan2 antum semua diterima…?

Kita diajarkan oleh Rasulullah untuk banyak mengingat kematian, karena hanya mengingat akan kematian dg sungguh2 lah yg dpt memutuskan kita dari keduniawian

Dengan jaminan-jaminan seperti itu maka didalam Islam terdapat penekanan akan kematian..suatu konsep sangat brilian dari Rasulullah yang bersumber dr Al Haq wal Alim yang mengetahui relung psikologi manusia yang terdalam..yaitu drpd banyak bermimpi, kita dianjurkan untuk banyak mengingat kematian..

Perbanyaklah untuk mengingat pemotong kelezatan, yakni kematian.” [H.R. At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Ibnu Majah dari shahabat Abu Hurairah z, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]

Jangan sampai kita termasuk orang2 yg difirmankan Allah dalam ayat ini..

“Hingga ketika datang kematian kepada salah seorang dari mereka, dia pun mengatakan, ‘Wahai Rabbku, kembalikanlah aku. Agar aku beramal shalih pada apa yang aku tinggalkan.’ ‘Sekali-kali tidak, hal itu hanyalah sebuah kata yang dia katakan.’ Dan di belakang mereka ada pembatas hingga hari dibangkitkan.” [Q.S. Al-Mu`minun:99-100].

Dan Rasulullah memberitahu siapakah orang Mukmin yg paling cerdas, yaitu yg paling banyak mengingat kematian..

Dalam suatu hadith,
Rasulullah ` pernah ditanya oleh para shahabat, “Wahai Rasulullah `, siapakah mukmin yang paling cerdas?” Beliau ` pun menjawab yang artinya, “Yang paling banyak mengingat mati dan paling bagus persiapannya untuk itu. Merekalah orang yang paling cerdas.” [H.R. Ibnu Majah dari shahabat Ibnu Umar, hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani ]

Sebagai manusia kenapa kita dikatakan cerdas bila sering2 mengingat kematian?

Tentunya kita harus memiliki sebuah alat untuk memahami kematian, yah alat tersebut diberikan oleh Allah sejak kita lahir, yaitu Akal dan Qalb

Akal seyogyanya digunakan oleh manusia untuk mencermati, memahami, merenungkan dan mencerna ayat2 Allah karena hakikat kehidupan tidak lain hanyalah untuk beribadah dan menyembah kepada Allah Ta’ala QS: Adz Dzariyyat 56.
Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali agar mereka mengabdi (beribadah hanya) kepadaku.

Oleh karena itu, Muslim yang Mu’min sejatinya menggunakan akal untuk mewadahi wahyu, mencerna kehendaknya, dan mengimplementasikan nilai wahyu dalam relung kehidupannya..

Dengan akal dan qalbu, manusia gunakan untuk mengingat kematian dengan penuh kecemasan..karena pada hakikatnya banyak sekali yang kita lakukan dosa pada hidup ini, yang kita ketahui maupun yang kita tidak ketahui..lantas bagaimana nanti kita menghadapi Allah di Alam Barzakh, di alam yg mempunyai dinding tebal tak tergoyahkan bagi siapapun yang ingin kembali ke dunia manusia..

Dengan akal dan qalbu, kita merenungi kematian tersebut apakah kita sanggup..apakah kita mampu..apakah kita yakin bahwa kita akan selamat sewaktu ditanyakan “Man Rabbuka? (Siapakah Tuhanmu)?” Padahal nanti bukan lisan kita yg akan menjawab namun semua dari anggota badan kita yg akan menjawab siapakah Tuhan kita, apakah Allah ataukah yang lain..karena tidak mungkin kita bisa dg yakin mengatakan Allah saat nanti bila pada kehidupan dunia kita tidak meyakiniNya sepenuhnya..

Kita yang masih lebih takut kepada atasan kita yang meminta kita bermaksiat drpd kita takut kepada Allah..

Kita yang masih lebih hormat kepada Presiden RI drpd kita ke masjid dg pakaian terbaik kita..

Kita yang masih sombong dalam usaha dan jerih payah kita padahal itu semua karena Allah..

Kita yang masih takut akan memberikan yang halal krn takut tidak terjual dg baik..tidak percaya kepada al Ghany dan ar Razzaq!!

Masyaallah banyaknya kelakuan dan perbuatan kita didunia yg tidak mencerminkan keyakinan kita akan adanya Allah..

Akan adanya Rabbul ‘alamin, Rabb Semesta Alam yang mengatur dan menberikan rezeki ke pada mahluq2Nya

Akan adanya Rabb al Muntaqim yang Maha Penyiksa bagi semua yang mengingkarinya

Sadarlah wahai manusia, apakah kalian masih yakin dapat menjawab pertanyaan malaikat kelak di alam qubur?!

Para salafush shalih dahulu…takut akan amalnya tidak diterima, ya teman2…
Tapi kita sepertinya sudah yakin dengan diampuninya dosa kita..

Dari sebuah perenungan yang mendalam itulah kita menjadi pesimis akan kehidupan ini..kita akan mempunyai pemikiran bahwa amal kita masih belum cukup…sedekah kita masih kurang banyak..ibadah kita hanya sedikit..puasa kita belum sempurna..apalagi perjalanan kematian kelak..sungguh tidak bisa dibayangkan siksaan yang akan menanti kita..
oleh karenanya pada hakikatnya, orang2 beriman yg menggunakan akal dan qalbunya dalam mencerna ayat2 Allah, ia akan merasa pesimis dg amalnya sehingga termotivasi secara optimis untuk menjadi pribadi Hamba Allah yang lebih baik lagi..

Renungkanlah kembali hadith berikut ini:

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).

Disarankan juga mengingat kematian sewaktu shalat..agar kita dapat khusyu menghadap ke pada Allah..

Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,

اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه

“Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani)

Mudah2an dengan ini, kita dapat menyikapi hidup dengan secerdas2nya, dan dapat melewati semua hal2 yg tidak kita inginkan dengan keyakinan dan motivasi yang kuat kepada Allah..

Dalam Kitab Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim al Jauziyyah mengatakan sikap Mukmin dalam menyikapi apa yg tidak diinginkan:

– Pandangannya ttg Tauhid, yaitu apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendakiNya pasti tidak akan terjadi
– Pandangannya ttg keadilan Allah. Bahwa hukum2Nya dan keputusan2Nya adalah adil
– Pandangannya ttg hikmah Allah. Bahwa hikmah kebijaksanaan Allah menuntut sesuatu hal. Dan Allah tidak menetapkan serta mentakdirkannya dalam keadaan sia-sia

Izinkan saya untuk menutup materi ini dg sebuah ayat yg diulang2 pada surat Ar Rahman, agar kita dapat menyikapi hidup dengan lebih baik lg dr sekarang dan tidak menyesal kelak

QS Ar Rahman ayat 77

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Barakallahu fikum

Wallahu a’lam
Semoga bermanfaat bagi kita semua

Apakah Kaum Homosexual (Gay & Lesbian) datang dari Allah (Tuhan)?

0

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr Wb,

Kenapa ya, isu tentang transgender dan homosexual diungkit-ungkit kembali oleh media. Dilansir oleh Detik.com (4/6/12), sepertinya ingin mengulas “kesusahan” para artis-artis yang sudah membuat keputusan “penting” tsb dalam menjalani karir kehidupan dan keartisannya. Apa tidak ada berita lain yang lebih mendidik dan bermanfaat bagi masyarakat daripada menampilkan berita-berita semacam ini. Seakan-akan “halal” para kaum transgender ini menyuarakan suaranya dimana-mana. Tidakkah kita tahu bahwa dibelahan dunia barat sana Obama sedang mengkampanyekan perkawinan sejenis demi meningkatkan popularitasnya yang menurun. Padahal Obama adalah seorang Nasrani yang seharusnya taat kepada ajaran agama yang ia anut, tetapi demi mencari muka melawan Romney, ia menyuarakan sesuatu yang disebut oleh Allah. Sama seperti yang #JIL lakukan di Indonesia, seperti yang dilansir oleh Harian The Jakarta Post, edisi Jumat (28/3/2008) pada halaman mukanya menerbitkan sebuah berita berjudul Islam ‘recognizes homosexuality’ (Islam mengakui homoseksualitas). Mengutip pendapat dari Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, guru besar di UIN Jakarta, koran berbahasa Inggris itu menulis bahwa homoseksual dan homoseksualitas adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam Islam. (Homosexuals and homosexuality are natural and created by God, thus permissible within Islam). Subhanallah sang professor celaka itu, atas nama apa dia berani menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah. Padahal Allah sampai mengatakan dalam Al Qur’an surat An Naml ayat 54:

“Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu melihat (nya)?”

Tidaklah usah kita berbicara dalam segi tafsir, walaupun dalam semua tafsir yang mu’tabar akan ditemukan apa itu yang dimaksud dengan “fahisyah”, yaitu homoseks dan homoseksualitas. Allah dengan namaNya al Haq (The Most Righteous/Maha Benar) sudah menyamakan perbuatan liwath(homoseks) sebagai fahisyah (keji), bahkan dalam hukum Islam Rasulullah sudah memerintahkan untuk menghukum mati apabila ada pasangan homo yang sedang melakukan liwath tersebut.

Oleh karena itu, sebagai Muslim, izinkan saya untuk memberi informasi yang mudah2an bisa menjadi nasihat bagi kaum liberal yang menghalalkan homoseksualitas atas nama Tuhan, dengan asas bahwa homo pun dilahirkan, bukan karena keadaan.

Kaum Liberal dalam menghalalkan adanya penyimpangan kelamin seperti homoseksual dimulai oleh Simon Levay, M.D. (1991) sewaktu ia menyimpulkan penelitiannya yang mengindikasikan adanya kemungkinan peranan genetik dalam perilaku homoseksual. Dalam penemuan tersebut Levay (1991) menyimpulkan dalam hasil penemuannya bahwa kluster dalam INAH ( the interstitial nuclei of the anterior hypothalamus) atau dalam bahasa Indonesianya adalah Inti interstisial dalam hypothalamus di orang yang homoseksual laki-laki sama besarnya dengan perempuan. Dan dibandingkan dengan laki-laki normal, maka tingkat INAH dari homoseksual laki-laki lebih kecil. Penelitian ini diambil sample dari autopsi laki-laki normal, laki-laki homoseksual dan wanita normal. Dari hasil ini, maka diambil kesimpulan bahwa homoseksual tidak ada bedanya dengan manusia normal pada umumnya. Studi yang seringkali digunakan oleh kaum homoseksual dan pendukungnya dalam menyuarakan aspirasinya adalah studi yang diteliti oleh Kallman. Studi tersebut disimpulkan oleh mereka bahwa adanya keharmonisan (kesamaan) orientasi seksual 100% dari manusia kembar identikal (monozigotik) (Kallman, 1952). Hal ini yang mendukung Michael Bailey dan Richard Pillard (1991), ilmuwan-ilmuwan dari Northwestern University, untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai orientasi seksual dalam pasangan kembar identikal. Dan dikatakan oleh Bailey dan Pillard (1991) seperti yang dikutip dari Bower (1992) bahwa hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa kasus homoseksual dalam laki-laki adalah disebabkan oleh faktor genetik secara substansial. Seperti tidak ada habisnya dalam mendukung homoseksualitas, dua tahun setelah Levay melakukan penelitian, grup ilmuwan dari National Cancer Institute di Amerika Serikat mempublish makalah ilmiah yang lebih condong lagi dalam mengaitkan homoseksualitas dengan faktor genetik atau keturunan (Hamer et al., 1993). Mereka menemukan dari hasil investigasi 114 laki-laki homoseksual bahwa terdapat dugaan kuat homoseksualitas berasal dari kromosom X.

Bila sekilas dilihat, hasil-hasil penelitian tersebut sangat mengkhawatirkan karena penelitian-penelitian tersebut bersifat ilmiah dan dipublish secara internasional sehingga kredibilitasnya pun “terjamin”. Namun, sekali lagi bahwa sebagai Muslim, yang pertama kita harus yakini adalah kebenaran dalam Alqur’an ini tidak perlu diragukan lagi (Al Qur’an 2:2), dan keabsahan kitab suci kita dijaga oleh Allah dari penyimpangan-penyimpangan (Al Qur’an 15:9). Sehingga sebagai orang yang beriman, kita wajib meyakini bahwa Allah yang Maha Mengetahui, Maha Benar, Maha Pandai, dan Maha Memelihara, pasti mengatakan yang benar sewaktu perbuatan kaum nabi Luth yaitu homoseksualitas (Liwath) itu disebut oleh Allah sebagai perbuatan yang keji (Fahisyah). Sudah seyogyanya tanpa perlu ada bantahan ilmiah terhadap penelitian-penelitian tersebut kita harus meyakini bahwa homoseksualitas adalah perilaku menyimpang dan pelakunya wajib diberi hukuman andai tidak mau bertaubat. Namun, seperti sifat manusia pada umumnya, akan lebih meyakinkan pikiran masing-masing apabila ada sesuatu yang ilmiah yang bisa membantah mereka.

Bantahan Ilmiah “Gay was born not made”

Harrub, Thompson, dan Miller (2003) menjelaskan dalam makalah ilmiah mereka tentang apa yang diperdebatkan selama ini, apakah behaviors seperti alcoholism, homosexuality, schizophrenia, etc, adalah hasil dari genetik atau born that way (inborn) ataukah nurtured or learned. Dari hasil penelitian mereka tentang ketiga peneliti sebelumnya Kallman (1952), Levay (1991), Bailey dan Pillard (1991), dan Hamer et al (1993), dapat simpulkan bahwa tidak terbukti secara ilmiah bbrp hasil penelitian sebelumnya dikarenakan adanya bias dalam melakukan penelitian tersebut.

Mari kita cermati bbrp “penyimpangan” yang dilakukan oleh peneliti2 sebelumnya:

– Levay’s Research Study

–> Terdapat beberapa masalah dalam metodologi studi yang dilakukan oleh Levay. Yang pertama adalah studi tersebut tidak pernah direproduksi akibat buruknya track record dari metodologi yg digunakan Levay. Semua riset yang dilakukan menggunakan metodologi yang sama telah dianggap menyimpang. Kemudian, 19 sample homoseksual yang diambil datanya oleh Levay merupakan sample yang meninggal dikarenakan AIDS. Semua ilmuwan mengetahui bahwa dampak dari AIDS bisa menyebabkan menurunnya tingkat testosterone dalam tubuh. Dan orang yang terkena AIDS diketahui mempunyai tingkat INAH yang kecil. Sampai dengan tahun 2003, penelitian Levay baru menggunakan sample hidup laki-laki gay sejumlah 1 yang tidak meninggal akibat AIDS, sisanya adalah sample postmortem dari laki-laki gay yang meninggal diakibatkan oleh AIDS. Levay sendiri adalah seorang penganut homoseksual, alias Gay. Konklusinya adalah bisa diasumsikan bahwa sample yang Levay gunakan memang sudah diarahkan untuk menghasilkan hasil riset yang Levay harapkan.        

 Bailey dan Pillar Study

Dalam penemuannya, ditemukan oleh mereka bahwa orientasi asal muasal Gay dikelamin laki-laki terbukti melalui genetik. Sementara pernyataan tersebut didasari bahwa “hanya” 52% dari semua sample pasangan kembar homoseksual adalah HOMOSEKSUAL, BUKAN 100%. Seharusnya apabila terbukti, maka angka 100% tersebut haruslah tercapai. Hal ini juga telah dibantah oleh penelitian yang lain oleh Risch, Neil, Elizabeth Squires-Wheeler, and Bronya J.B. Keats (1993) bahwa kondisi keluarga saat itu dimana ada salah satu pasangan kembar yang homoseksual menjadi pemicu perilaku homoseksual pada pasangannya. Yang lebih mencengangkan lagi adalah cara pemilihan sample oleh Bailey dan Pillard. Dalam penelitian quantitative seperti ini, metode yang biasa digunakan adalah random sampling , terlepas apakah itu multistage ataupun simple. Tetapi Bailey dan Pillard merekrut sample respondennya melalui ADVERTISEMENT!!! Jadi ada patut ditanyakan siapa yang daftar, motive dalam mendaftar, dan dasar pengambil keputusan suatu responden terpilih. Disini kita bisa menyimpulkan sendiri mengapa hasil dan pernyataan yang terbentuk adalah Gay merupakan faktor alamiah genetikal…

– Hamer’s Study

Sama seperti dua kasus sebelumnya, terdapat kesalahan pada sample yang dipilih oleh Hamer, banyak yang menyangsikan hasil dari penelitian Hamer, dikarenakan dari sample tersebut, tidak ada kaum heterosexual yang menjadi sample. Padahal sample dari kaum heterosexual diperlukan untuk membuktikan bahwa gen “Gay” dormant terdapat pada manusia normal, sehingga faktor genetis ke”Gay”an itu benar2 berasal dari “TUHAN”. Kemudian dari 7 pasang sample kakak beradik, terdapat PERBEDAAN PETA GENETIK. Dan banyak lagi invalidity dari data-data yang ada distudi ini.

Conclusion:

Dari beberapa major penelitian yang mendukung “Gay disebabkan atau datang dari Tuhan” dari faktor genetis sudah tidak bisa dijadikan acuan karena banyak sekali terdapat bias dalam metodologi riset itu tersebut. Baik disengaja maupun tidak tetapi disini marilah kita kembali kepada pegangan kita yang apabila kita teguh dalam memegangnya kita tidak akan tersesat, yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Akan ditemukan banyak sekali ayat-ayat yang muhkamat (jelas) baik dari segi asbabun nuzul (sebab2 turunnya ayat) dan tafsir (baik yg qur’an bil qur’an maupun qur’an bil hadith) yang menyatakan bahwa liwath (homoseksual) itu perbuatan yang keji, dan apabila tertangkap basah sedang intimate, maka pelakunya dihukum mati. Tentunya kita harus pintar dalam berpikir, apakah mungkin Rasulullah SAW yang begitu mulia dan lembut kepada ummatnya memberikan hukuman sedahsyat itu terhadap pelaku liwath?? Pikiran pertama pasti “kejam” “inhumane” dll; tetapi apakah kalian mengerti, dengan adanya had atau hukuman di dunia, insyaallah perbuatan tersebut tidak akan diberikan kembali hukuman nanti diakhirat. Itulah yang dinamakan rasa sayang Allah kepada mahluqNya…pilih mana sih, hukuman di dunia yang kalaupun “suffered” trus “misery” paling lama 60-100tahunan kan…?? tapi bayangkan kalau vonisnya di akhirat “tok” hukuman karena liwath adalah 1000tahun…yang satu harinya akhirat itu 1000 tahun dunia..silahkan hitung sendiri..naudzubillah… saya lebih baik dihukum didunia drpd di akhirat….

Note: Silahkan dicheck referencenya untuk dicrossreference, saya senang apabila ada yang mencheck untuk validitas reference selain diri saya untuk tidak ada bias dalam tulisan saya ini.

Mohon maaf apabila ada kata-kata yang tidak berkenan, dan for those who gay read this blog, I mean no offense, I had A LOT of gay friends few years ago, and they were all told me how they were being gay in the first place. So this writing is an act from me of showing love to Gay people so that you guys might touched and fear of Allah, and letting the light of hidayah came inside ur heart, enlightened and purified your hearts..to made you as human who favored by Allah once more ^^…

Wassalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh

Works Cited:

Bower, B. (1992), “Gene Influence Tied to Sexual Orientation,” Science News, 141[1]:6, January 4

Hamer, Dean H., Stella Hu, Victoria L. Magnuson, Nan Hu, and Angela M.L. Pattatucci (1993), “A Linkage Between DNA Markers on the X Chromosome and Male Sexual Orientation,” Science, 261:321-327, July 16

Harrub, Ph.D, B., Thomson, Ph.D, B. and Miller, Ph.D, D. (2003) ‘”This is The Way God Made Me” A Scientific Examination of Homosexuality and the “Gay Gene”‘, Reason & Revelation.

Kallmann, F.J. (1952), “Comparative Twin Study on the Genetic Aspects of Male Homosexuality,”Journal of Nervous and Mental Diseases, 115:283-298.

LeVay, Simon (1991), “A Difference in Hypothalamic Structure Between Heterosexual and Homosexual Men,” Science, 253:1034-1037, August 30.

Risch, Neil, Elizabeth Squires-Wheeler, and Bronya J.B. Keats (1993), “Male Sexual Orientation and Genetic Evidence,” Science, 262:2063-2064, December 24.