Cerdas menjalani Hidup
Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillahirrabil ‘alamin, shalatu wassallam ‘ala Rasulullah, amma ba’du
Hidup silih berganti, roda kehidupan akan selalu sama sampai waktu yg diKehendaki Allah SWT..dimulai saat manusia lahir menjadi bayi, menapaki masa kehidupannya menjadi balita kemudian remaja, lalu menjadi dewasa dan akhirnya menjumpai kematian. Terlepas dari intrik kehidupan yang menggoda nan fana, roda kehidupan selalu sama. Tidak ada yang dapat merubahnya, krn itu merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan sebagai takdir aam (umum) Allah terhadap manusia.
Di mana pun kalian berada niscaya maut akan menjumpai kalian, meskipun kalian berada di dalam benteng kokoh yang menjulang.” [Q.S. An-Nisa`:78]
Dalam Kehidupan, khususnya pendidikan barat, kita akan jumpai adanya suatu konsep keseimbangan dalam motivasi psikologi manusia, yaitu reward dan punishment. Reward sebagai bentuk harapan bagi seseorang agar tidak putus asa menghadapi sesuatu tantangan, dan Punishment sebagai stimulasi untuk mencegah kegagalan.
Sebenarnya Islam sudah menerapkan kedua hal ini sejak lama..walaupun begitu tentunya sebagai Ad Dien, Islam mempunyai suatu konsep yang hakiki dikarenakan Allah sebagai Rabb an Nas(Tuhannya Manusia) memiliki Pengetahuan Total akan mahluq yg diciptanya.. Seperti apakah konsep tersebut dalam Islam?
Mari kita simak Firman Allah berikut ini:
(QS: Al Kahfi 56) Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan
(QS: Saba 28) Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
(QS: Al Furqon 1) Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam
(QS: Al Baqorah 119) Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka.
(QS: Al A’raaf 188) Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”
(QS: Al Isra 105) Dan Kami turunkan (Al Qur’an itu dengan sebenar-benarnya dan Al Qur’an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.
(QS: Al Fath 8) Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
Dan banyak lagi ayat2 serupa yang menunjukkan bahwa basyiran (kabar gembira) akan diberikan kepada siapapun juga yg mengimani Allah dan rukun Iman lainnya serta mengikuti perintah dan laranganNya; sebaliknya nadziran (peringatan) pasti datang bagi yang mengingkarinya..
Dalam konsep ketauhidan Islam kita fahami bahwa siapapun yang meninggal dengan keimanan yang tidak batal, maka akan dimasukkan kedalam surga, walaupun imannya hanya sebesar biji dzarrah, dan terkadang harus mondok di neraka dulu..yang 1harinya berkadar 1000tahun dunia..bayangkan bila kita divonis 1000thn akhirat..sblm kita diKehendaki Allah untuk masuk Surga..artinya kita harus spent (1000*365)+(1000) = naudzubillahimindzalik…
Dari Anas radhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan dalam hatinya ada kebaikan (iman) seberat sya’irah. Dan akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan dalam hatinya ada kebaikan (iman) seberat burrah. Dan akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan dalam hatinya ada kebaikan (iman) seberat dzarrah.”(HR Bukhari no 44)
Bedanya kita dg Agama lain adalah, tidak semua dari kita akan langsung masuk surga.. Ada yang langsung masuk surga ada yang tidak..
Karena belum tentu amalan kita diterima ya teman2…sadarlah..apalagipermohonan ampun kita dimana baju dan konsumsi kita masih terdapat bahan2 haram…
Masih percaya dirikah kalian amalan2 dan permohonan2 antum semua diterima…?
Kita diajarkan oleh Rasulullah untuk banyak mengingat kematian, karena hanya mengingat akan kematian dg sungguh2 lah yg dpt memutuskan kita dari keduniawian
Dengan jaminan-jaminan seperti itu maka didalam Islam terdapat penekanan akan kematian..suatu konsep sangat brilian dari Rasulullah yang bersumber dr Al Haq wal Alim yang mengetahui relung psikologi manusia yang terdalam..yaitu drpd banyak bermimpi, kita dianjurkan untuk banyak mengingat kematian..
Perbanyaklah untuk mengingat pemotong kelezatan, yakni kematian.” [H.R. At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Ibnu Majah dari shahabat Abu Hurairah z, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]
Jangan sampai kita termasuk orang2 yg difirmankan Allah dalam ayat ini..
“Hingga ketika datang kematian kepada salah seorang dari mereka, dia pun mengatakan, ‘Wahai Rabbku, kembalikanlah aku. Agar aku beramal shalih pada apa yang aku tinggalkan.’ ‘Sekali-kali tidak, hal itu hanyalah sebuah kata yang dia katakan.’ Dan di belakang mereka ada pembatas hingga hari dibangkitkan.” [Q.S. Al-Mu`minun:99-100].
Dan Rasulullah memberitahu siapakah orang Mukmin yg paling cerdas, yaitu yg paling banyak mengingat kematian..
Dalam suatu hadith,
Rasulullah ` pernah ditanya oleh para shahabat, “Wahai Rasulullah `, siapakah mukmin yang paling cerdas?” Beliau ` pun menjawab yang artinya, “Yang paling banyak mengingat mati dan paling bagus persiapannya untuk itu. Merekalah orang yang paling cerdas.” [H.R. Ibnu Majah dari shahabat Ibnu Umar, hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani ]
Sebagai manusia kenapa kita dikatakan cerdas bila sering2 mengingat kematian?
Tentunya kita harus memiliki sebuah alat untuk memahami kematian, yah alat tersebut diberikan oleh Allah sejak kita lahir, yaitu Akal dan Qalb
Akal seyogyanya digunakan oleh manusia untuk mencermati, memahami, merenungkan dan mencerna ayat2 Allah karena hakikat kehidupan tidak lain hanyalah untuk beribadah dan menyembah kepada Allah Ta’ala QS: Adz Dzariyyat 56.
Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali agar mereka mengabdi (beribadah hanya) kepadaku.
Oleh karena itu, Muslim yang Mu’min sejatinya menggunakan akal untuk mewadahi wahyu, mencerna kehendaknya, dan mengimplementasikan nilai wahyu dalam relung kehidupannya..
Dengan akal dan qalbu, manusia gunakan untuk mengingat kematian dengan penuh kecemasan..karena pada hakikatnya banyak sekali yang kita lakukan dosa pada hidup ini, yang kita ketahui maupun yang kita tidak ketahui..lantas bagaimana nanti kita menghadapi Allah di Alam Barzakh, di alam yg mempunyai dinding tebal tak tergoyahkan bagi siapapun yang ingin kembali ke dunia manusia..
Dengan akal dan qalbu, kita merenungi kematian tersebut apakah kita sanggup..apakah kita mampu..apakah kita yakin bahwa kita akan selamat sewaktu ditanyakan “Man Rabbuka? (Siapakah Tuhanmu)?” Padahal nanti bukan lisan kita yg akan menjawab namun semua dari anggota badan kita yg akan menjawab siapakah Tuhan kita, apakah Allah ataukah yang lain..karena tidak mungkin kita bisa dg yakin mengatakan Allah saat nanti bila pada kehidupan dunia kita tidak meyakiniNya sepenuhnya..
Kita yang masih lebih takut kepada atasan kita yang meminta kita bermaksiat drpd kita takut kepada Allah..
Kita yang masih lebih hormat kepada Presiden RI drpd kita ke masjid dg pakaian terbaik kita..
Kita yang masih sombong dalam usaha dan jerih payah kita padahal itu semua karena Allah..
Kita yang masih takut akan memberikan yang halal krn takut tidak terjual dg baik..tidak percaya kepada al Ghany dan ar Razzaq!!
Masyaallah banyaknya kelakuan dan perbuatan kita didunia yg tidak mencerminkan keyakinan kita akan adanya Allah..
Akan adanya Rabbul ‘alamin, Rabb Semesta Alam yang mengatur dan menberikan rezeki ke pada mahluq2Nya
Akan adanya Rabb al Muntaqim yang Maha Penyiksa bagi semua yang mengingkarinya
Sadarlah wahai manusia, apakah kalian masih yakin dapat menjawab pertanyaan malaikat kelak di alam qubur?!
Para salafush shalih dahulu…takut akan amalnya tidak diterima, ya teman2…
Tapi kita sepertinya sudah yakin dengan diampuninya dosa kita..
Dari sebuah perenungan yang mendalam itulah kita menjadi pesimis akan kehidupan ini..kita akan mempunyai pemikiran bahwa amal kita masih belum cukup…sedekah kita masih kurang banyak..ibadah kita hanya sedikit..puasa kita belum sempurna..apalagi perjalanan kematian kelak..sungguh tidak bisa dibayangkan siksaan yang akan menanti kita..
oleh karenanya pada hakikatnya, orang2 beriman yg menggunakan akal dan qalbunya dalam mencerna ayat2 Allah, ia akan merasa pesimis dg amalnya sehingga termotivasi secara optimis untuk menjadi pribadi Hamba Allah yang lebih baik lagi..
Renungkanlah kembali hadith berikut ini:
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).
Disarankan juga mengingat kematian sewaktu shalat..agar kita dapat khusyu menghadap ke pada Allah..
Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,
اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه
“Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani)
Mudah2an dengan ini, kita dapat menyikapi hidup dengan secerdas2nya, dan dapat melewati semua hal2 yg tidak kita inginkan dengan keyakinan dan motivasi yang kuat kepada Allah..
Dalam Kitab Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim al Jauziyyah mengatakan sikap Mukmin dalam menyikapi apa yg tidak diinginkan:
– Pandangannya ttg Tauhid, yaitu apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendakiNya pasti tidak akan terjadi
– Pandangannya ttg keadilan Allah. Bahwa hukum2Nya dan keputusan2Nya adalah adil
– Pandangannya ttg hikmah Allah. Bahwa hikmah kebijaksanaan Allah menuntut sesuatu hal. Dan Allah tidak menetapkan serta mentakdirkannya dalam keadaan sia-sia
Izinkan saya untuk menutup materi ini dg sebuah ayat yg diulang2 pada surat Ar Rahman, agar kita dapat menyikapi hidup dengan lebih baik lg dr sekarang dan tidak menyesal kelak
QS Ar Rahman ayat 77
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Barakallahu fikum
Wallahu a’lam
Semoga bermanfaat bagi kita semua