Pelakor

Bismillah ada tulisan bagus banget mengai Pelakor yang sering mengisi timeline kita di social media, dan akhirnya kita sebagai masyarakat umum kadang menanggapinya secara berlebihan maupun berprasangka buruk, dan itu tidak baik, karena Allah berfirman dalam surat al Hujurat ayat ke 12

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Dan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam pun bersabda mengenai prasangka yang menjadikan Ghibah..bahwa

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ ؟ قَالُوْا : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، فَقِيْلَ : أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيْهِ مِا تَقُوْلُ فَقَدِ اْغْتَبْتَهُ, وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwsanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahukah kalian apakah ghibah itu?”. Sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Bagaimanakah pendapat anda, jika itu memang benar ada padanya ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Kalau memang sebenarnya begitu berarti engkau telah mengghibahinya, tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau telah berdusta atasnya”. (HR Muslim)

قَالَ رَسُوْلُ الله : لَمَّا عُرِجَ بِيْ, مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمِشُوْنَ وُجُوْهَهُمْ وَ صُدُوْرَهُمْ فَقُلْتُ : مَنْ هَؤُلآء يَا جِبْرِيْلُِ؟ قَالَ : هَؤُلآء الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ لُحُوْمَ النَّاسَ وَيَقَعُوْنَ فِيْ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati sekelompok orang yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka melukai (mencakari) wajah-wajah mereka dan dada-dada mereka. Maka aku bertanya: ”Siapakah mereka ya Jibril?”. Jibril menjawab: ”Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan mencela kehormatan mereka”. (Subulus Salam 4/299)

Akhirul kalam, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, wabil khusus kepada penulis dan saya, Insyaallah

Wallahu a’lam

========================================================================

Akhir-akhir ini sering sekali seliweran tentang penyebutan Pelakor, awalnya sebutan pelakor ini memang ramai dari salah satu akun sosmed gosip tentang perselingkuhan salah satu pasangan artis, yang mana kita sendiri belum tentu tau itu benar atau tidak. Pelakor atau perebut laki orang sering disematkan kepada perempuan pelaku perselingkuhan dan zina. Tapi akhir-akhir ini sebutan pelakor ini tidak hanya kepada pelaku perselingkuhan dan zina, tapi juga menyasar kepada pelaku poligami, istri kedua, bahkan kepada para janda yang bisa saja dia sudah menjaga dengan sebaik mungkin kehormatannya.

Suatu kali saya ikut sebuah acara dauroh dan berkenalan dengan seorang akhwat mualaf. Ia datang dengan anaknya yg masih kecil tanpa suaminya. Setelah banyak berbincang-bincang, akhirnya berceritalah ia tentang perjalanan hijrahnya memeluk agama Islam

Saat itu ia, mempunyai suami dan dua anaknya yg masih kecil-kecil. Ketika hidayah datang, dia mengucap syahadat di sebuah majelis di hadapan ustadz dan para jamaahnya. Dia masih menyembunyikan statusnya sebagai mualaf kepada suami dan keluarga besarnya, karena suami nya adalah seorang yg aktif pelayanan gereja. Akhirnya suaminya pun mengetahui tentang dirinya yang sudah memeluk agama Islam, murka lah suaminya, segala cacian terlontarlah untuk ia. Bahkan hukuman lemparan barang pun ia alami, sampai akhirnya terusirlah ia dari rumah nya dan keluarga nya. Hukuman tidak boleh kembali lagi kerumahnya kecuali dia harus murtad dari agama Islam kembali ke agama terdahulu, sampai harus dipisahkan dijauhkan dari anak-anaknya yang masih kecil-kecil.
Nah ini poinnya AKHIRNYA DIA DI CERAI DAN TERPAKSA MENJADI JANDA sebagai ujian hijrahnya.

Lalu ia mondok belajar Islam dan bekerja selama menjanda di sebuah Majelis Ilmu asuhan salah satu ustadz. Singkat cerita ada seorang ikhwan yang mendatangi ustadz gurunya ingin melamarnya menjadi yang kedua. Dia kaget dan menolak secara halus, kemudian dia sholat istikharah. Karena tak pernah terfikir olehnya untuk menjadi istri kedua.

Hari berikutnya ikhwan tersebut datang lagi dan ditolak lagi, kemudian di kedatangan yang ketiga kalinya Ikhwan tersebut datang bersama istri nya dan ikut melamar dia. Berkonsultasilah dia dengan gurunya dan istri gurunya, dia mendapat nasehat “Jika memang itu takdirmu, maka mau kamu berlari kemanapun kamu tidak akan bisa mengelak, bisa jadi disitulah letak jalan keridho’an Allah buatmu. Dan menikah bisa menghindarimu dari fitnah, karena menjadi Janda bisa jadi akan selalu ada fitnah yang menyertainya”
Setelah berkali-kali istikharah panjang, maka diterimalah lamaran tersebut karena kakak madu nya pun telah datang ikut meminangnya.

Dia bercerita walau dalam prakteknya poligami tetap ada konflik apalagi jika berkaitan dengan perasaan cemburu, tapi dia tetap menghormati kakak madunya karena dia merasa kakak madunya lah yang telah banyak berjasa mengurus suami dan anak-anak. Dan kakak madunya pun masih tetap memperhatikan dia dan anaknya yang kecil.

Hikmah dari cerita tersebut telah mengubah pandangan buruk saya selama ini terhadap para istri kedua. Karena tidak semua yang menjadi istri kedua adalah karena keinginannya. Bukanlah keinginannya menjadi janda. Dia telah menjaga kehormatannya dan tidak pernah sekalipun menggoda suami orang lain. Dan bukan keinginannya lah menjadi istri kedua, tapi jika memang itu takdir yang terbaik untuknya maka siapa yang bisa menolaknya.

Saya pun punya teman janda, mengingat dulu saya pun tidak lepas dari fitnah maka setiap kali ada fitnah menimpa mereka saya selalu bertabayyun dengan hati-hati kepada mereka.

Bukan berarti saya membela pelakor dari hubungan perselingkuhan maupun zinah, tidak. Saya pun membenci perselingkuhan. Tapi sebelum menuduh sebagai pelakor, saya lebih dulu mencari tau langsung kepada yang bersangkutan. Bagaimana cerita sebenarnya. Begitupun jika terjadi kepada Rumah tangga saya, lebih baik saya bertengkar di dalam rumah sendiri menangis di hadapan suami sendiri untuk mencari tau dan mencari solusi bersama, ketimbang saya bercerita di sosial media.

Janganlah bermudah-mudah menyematkan julukan Pelakor kepada wanita lain atau para janda jika tidak benar-benar tau permasalahan sesungguhnya. Bisa jadi, laki-lakinya yang genit selalu modus kepada para janda memberi sinyal ingin berpoligami yang padahal sebenarnya belum siap berpoligami. Sudah default laki-laki itu punya keinginan beristri lebih dari satu, tapi mereka lupa mengukur kesiapan dan kemampuan diri mereka untuk berpoligami yang akhirnya hanya bisa menebar modus kesana kemari.

Menjadi peringatan juga untuk para laki-laki, jika memang belum siap belum mampu maka jangan lah menebarkan jaring modus kepada para gadis dan terutama janda. Sudahlah mereka pusing mengurus anak-anak dan hidupnya sebagai janda yang rentan sekali dengan fitnah, lalu kalian menggodanya dengan perhatian kata-kata manis, harapan palsu ingin memperistrinya. Menyelamatkan tidak tapi malah memposisikan kedalam fitnah sebagai Pelakor..
Lalu setelah tersebar fitnah tidak ada tindakan untuk meluruskan fitnah tersebut, tetapi malah menyelamatkan nama baik sendiri dengan membiarkan fitnah itu bertebaran karena keburu ketauan sama istri yang duluan. 😅

Pergaulan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam sudah diatur sedemikian rupa dengan segala batasan-batasan, maka jangan lah menabrak batasan-batasan tersebut dan menceburkan diri kita kedalam fitnah.

Hendaknya kita selalu berhati-hati dengan lisan.
Jakarta, 24 Agustus 2017
Sarah Dian AnnisaHai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s