Mudahnya Mengatakan Bid’ah

Assalamu’alaikum

Masyaallah udah lama juga saya tidak menulis. Mudah-mudahan tulisan ini dapat membuka pikiran kita semua ya, untuk tidak mudah dan serta merta membid’ahkan orang lain.

Bismillah wal hamdulillah..Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada junjungan umat Islam, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan orang-orang yang menjunjung tinggi sunnahnya sampai akhir zaman..amma ba’du

Sekarang ini lucu ya, banyak sekali yang belum mempunyai kapasitas namun sudah dapat tampil di televisi sebagai narasumber/presenter yang membawakan pesan-pesan agama, apa iya boleh? Walaupun sudah lama mendalami agama, saya kira lebih elok bila yang membawakan pesan-pesan agama adalah orang yang memang capable dibidangnya. Tujuannya baik kok menurut saya, agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kekeliruan dalam referensi ataupun tidak lengkapnya informasi yang disampaikan. Saya kira walaupun menjadi presenter maupun tidak, kita semua ada tanggung jawabnya kepada Allah SWT atas apa yang kita sampaikan bukan?

Terlepas dari hal itu, sebaiknya kita doakan tokoh selebriti yang sudah hijrah tersebut untuk istiqamah dan meneruskan perjalanannya dalam menimba ilmu agama Islam, karena bagaimanapun juga, peran para tokoh tersebut dalam dakwah Islam juga signifikan, dengan kapasitasnya sebagai publik figur dan kearifannya, mudah-mudahan banyak orang yang dapat terbawa kebaikan-kebaikan Islam.

Sebenarnya menarik untuk dibahas kenapa bisa sampai banyak masyarakat mem-bully Teuku Wisnu pada acara Trans7 itu (Linknya saya berikan ni – Video Youtube Teuku Wisnu dan Zaskia Adya Mecca membicarakan tentang Bid’ah). Sebenarnya topic yang diulas oleh acara Trans7 ‘Berita Islami Masa Kini’ dengan Tema “Mengirimkan Al-Fatihah untuk orang yang sudah tiada” sebenarnya bagus. Saya pun cenderung meyakini bahwa kiriman surat Fatiha dll kepada mayit itu tidak sampai karena tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan hal ini sebenarnya masuk ke ranah khilafiyah bainal ulama (Perselisihan para ulama). Namun hal ini tidak respond dengan elok oleh para masyarakat yang meyakini hal sebaliknya (Yaitu meyakini sampainya pahala bacaan tersebut ke mayit). Bahkan comment2nya sudah tidak sopan dan terkesan menghakimi sepenuhnya itu adalah kesalahan Teuku Wisnu (sampai-sampai ada yang mengatakan/mencap Teuku Wisnu adalah Wahabi), padahal kalau dilihat videonya sebenarnya yang mengatakan bid’ah itu bukan Teuku Wisnu, tetapi Zaskia Adya Mecca, namun apa mau dikata, sudah kejadian. Alhamdulillah Teuku Wisnu legowo dengan kearifannya sanggup untuk meminta maaf kepada khalayak ramai.

Nah sebenarnya gimana sih perkaranya kok bisa sampai rame begini, emangnya ini perkara penting ya? Sejujurnya ini bukan perkara penting, karena seperti telah ditulis diatas, ini perkara khilafiyah, kalau readers mau tau lebih lanjut silahkan di tengok hukum menghadiahkan al fatiha atau semisalnya kepada mayit disini dan disini, yang kalau mau jujur adalah ada yang membolehkan n mengatakan itu sampai dan ada juga yang mengatakan tidak boleh n tidak sampai. Sampai disini saya mau mengajak readers untuk legowo bahwa apa yang diperselisihkan oleh para ulama ini adalah bukan urusan Ushul (Pokok) agama tetapi urusan Furu’ (Cabang) sehingga tidak perlu digembar gemborkan, terutama ini adalah masalah Ijtihad yg telah lumrah bahwa Rasulullah pernah menerangkan mengenai Ijtihad

Dari ‘Amru bin Al-‘Aash radliyallaahu ‘anhu: Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ فَأَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ فَأَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ وَاحِدٌ.

“Apabila seorang hakim menghukumi satu perkara, lalu berijtihad dan benar, baginya dua pahala. Dan apabila ia menghukumi satu perkara, lalu berijtihad dan keliru, baginya satu pahala”. (HR. Bukhari 7352 & Muslim 4584)

Nah kalau Rasulullah Sallam saja dengan tegas mengatakan Ijtihad itu kalau benar dua pahala dan kalau salah satu pahala, lalu masa kita ini saling menghakimi Ijtihad para ulama yang berbeda pendapat? Siapa kitee gitu kan? he..he..he..Ada yang menulis cukup bagus dalam blognya “Teuku Wisnu, Wahabi dan Khilafiyah Karet” yang pada intinya sang penulis menyarankan kalau masyarakat itu harus objective, kalau acara tersebut secara tidak langsung menyatakan hadiah surat al Fatiha itu kepada mayit adalah urusan Khilafiyah maka harus legowo dong sama Teuku Wisnu, kok urusan Khilafiyah jadi pada hina menghina gitu. Saya setuju banget dengan sang penulis, tapi kalau dicermati lagi, banyak dukungan yang mengalir kepada Teuku Wisnu atas urusan ini sebenarnya tidak mencerminkan pokok permasalahan “KENAPA” sampai banyak orang antipati serta apriori terhadap kata-kata Bid’ah yang dikaitkan dengan tradisi kaum Nahdlyin(NU) itu, sampai-sampai KPI menurunkan teguran kepada Trans7 atas peristiwa tersebut (Link beritanya disini).

Sebelum kita masuk ke inti permasalahan kenapa banyak yang marah (salah sasaran sebenarnya) kepada Teuku Wisnu tersebut, saya ingin kita berpikir kok bisa yah banyak orang sampai segitu apriorinya dan langsung mencap “Wahabi” ke Teuku Wisnu. Kalau kita mau cermati, sebenarnya kekesalan banyak orang itu bukan ke Teuku Wisnu, tetapi kepada “salah satu” kelompok yang dikenal dengan “Salafi” atau orang-orang mengenalnya sebagai “Wahabi”. Sebelum ada yang tersinggung dengan penamaan “Salafi” ini biar saya coba jelaskan dulu, bahwa ada sebagian dari kelompok ini yang memang menamakan dirinya Salafiyyun (Salafi) dan ada yang tidak bersedia untuk dinamakan (Salafi), namun untuk kemudahan dalam berdiskusi, kita sebut saja (Salafi). Nah inilah akar permasalahan sebenarnya yang menjadi inti kekesalan banyak orang, karena “Salafi” itu terkenal sejak dahulu mudah sekali mengatakan “Bid’ah” kepada masyarakat yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka. Padahal seringkali mereka mudah sekali membid’ahkan sesuatu yang masih masuk ke ranah Khilafiyah..dan walaupun secara pemikiran yang mereka yakini adalah betul (Bid’ah) tetapi tidaklah elok dikemukakan diruang publik, apalagi sampai menghakimi..mereka-mereka ini yang dikit-dikit membid’ahkan sesuatu..

Kira-kira begini ni karakternya mereka (Salafi)

– Ilmu didahulukan daripada adab
– Belajar hanya pada kelompoknya (padahal kebenaran ada di al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman para salafush shalih, bukan pada kelompok)
– Keras dengan sodara seiman tapi banci pada pemerintah (baca: gk ada kritis2nya)
– Gk mau terima kalau suatu masalah masih ada perbedaan diantara para ulama
– Mau masuk surga sendiri (gue kutip dr salah satu alumni Universitas Madinah yg terkenal bgt xixi)
– Semua salah kecuali mereka
– Taunya Imam Al Bani Rahimahullah adalah no 1, yg lain itu salah
– Ngaku pengikut Salafush shalih tapi fanatik buta sama ulama kekinian
– Mudah ngevonis orang 

Kalau mau tahu lebih lanjut mengenai “Salafi” ini mungkin ada baiknya kita menonton video dari Ust Anung dan ulasan bedah bukunya disini.

Kelompok inilah (Baca: Salafi) inilah yang mudah sekali membid’ah2kan sesuatu (padahal masih Khilafiyah), seperti:

  • Salaman setelah Shalat Bid’ah (baca penjelasan yang objective yah..disini)
  • Mengusap wajah setelah berdo’a adalah Bid’ah (Baca penjelasan yang objective..disini dan ini)
  • Maulid Nabi (Kecuali Maulidan yang datengin “ruh” Nabi SAW ya masih perkara Khilafiyah, baca disini)
  • Mengadzankan dan/atau Mengiqamahkan bayi yang baru lahir (Baca penjelasan yang objective…disini)
  • Dll

Dalam diskusi ilmiah wajar memang bilamana salah satu pihak saling berdialog/diskusi/debat mengenai keabsahan/tarjih(memastikan mana dalil yg paling kuat) akan suatu perkara Khilafiyah, tapi bilamana langsung mencap “ini adalah bid’ah ya akh” kepada masyarakat awam yang notabene kita orang Indo itu Islamnya ya mohon maaf, belum memahami dengan baik, ya akan jelas tersinggung kan…karena istilah Bid’ah itu berat readers…berat banget…tau gk sih apa ancaman bagi ahlu bid’ah (pelaku bid’ah) itu apa? nih saya shared sedikit…

Hukuman bagi ahli Bid’ah…:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan (HR. Muslim no. 867)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)

Syaikhul Islam Ibn Taimiyah Rahimahullah berkata

“و يجب عقوبة كل من انتسب إلى أهل البدع أو ذب عنهم أو أثنى عليهم أو عظم كتبهم أو عرف بمساعدتهم و معاونتهم أو كره الكلام فيهم أو أخذ يعتذر لهم،  بل تجب عقوبة كل من عرف حالهم و لم يعاون على القيام عليهم؛ فإن القيام عليهم من أوجب الواجبات” الفتاوى ١٣٢/٢

“dan wajib menghukum setiap orang yang menisbatkan diri kepada ahli bid’ah,  atau membela mereka,  atau memuji mereka,  atau mengagungkan kitab-kitab mereka,  atau dikenal pertolongannya terhadap mereka,  atau membenci kritikan atas mereka. bahkan wajib menghukum orang yang mengetahui keadaan para ahli bid’ah itu namun enggan mendukung bantahan terhadap mereka. sebab,  membantah ahli bid’ah termasuk sebesar2 kewajiban .

Berkata Sufyan ats-Tsauri Rahimahullah:

قال سفيان الثوري: “من ماشى المبتدعة عندنا فهو مبتدع”

“Barangsiapa berjalan seiring bersama ahli bid’ah,  menurut kami ia juga ahli bid’ah”

Beliau juga berkata

قال وسمعت يحيى بن يمان يقول سمعت سفيان يقول : البدعة أحب إلى إبليس من المعصية المعصية يتاب منها والبدعة لا يتاب منها

Ali bin Ja’d mengatakan bahwa dia mendengar Yahya bin Yaman berkata bahwa dia mendengar Sufyan (ats Tsauri) berkata, “Bid’ah itu lebih disukai Iblis dibandingkan dengan maksiat biasa. Karena pelaku maksiat itu lebih mudah bertaubat. Sedangkan pelaku bid’ah itu sulit bertaubat” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d dalam Musnadnya no 1809 dan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis hal 22).

dan masih banyak lagi hukuman2nya bagi ahli Bid’ah…makanya bayangkan saja readers…kalau sampe kita dianggap melakukan bid’ah berarti jadi ahli bid’ah..masuk neraka dong…to be honest, walaupun misal mmg ada yang melakukan perbuatan yang kita yakini sebagai bid’ah, kan ada adabnya dalam berkata2 apalagi sama sodara seiman sendiri..! Lalu apa sih contoh yang nyata dari Bid’ah itu sendiri? Saya berikan contoh yang mudah, bilamana shalat Dzuhur itu dijadikan 5 raka’at, nah itu jelas2 Bid’ah!!, untuk definisi Bid’ah lebih lanjut sila check di sini dan disini

Nah dengan track record yang sudah panjang sekali ini menjadikan masyarakat khususnya warga NU menjadi beringas dan reaktif terhadap peristiwa demi peristiwa yang tidak elok ini. Jujur saya sangat menyayangkan sekali kenapa dalam berdakwah Salafi ini tidak menerapkan kearifan lokal dan akhlakul karimah, sehingga amar ma’ruf dan nahi munkar dapat dijalankan seoptimal mungkin..

Akhirul kalam, saya mendoakan semoga umat Islam (Ahlu Sunnah wal Jama’ah) dapat menahan diri satu dengan yang lainnya, untuk dapat beretika dalam berkata-kata dan bijak dalam menyampaikan risalah nasihat, serta tasamuh (legowo) dalam berbeda pendapat, karena sesungguhnya Allah SWT telah berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” [Al Hujuraat 10]

dan

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, . . .” (QS. Al-Fath: 29)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan demam dan tidak bisa tidur.” (Muttafaqun ‘Alaih dari al-Nu’man bin Basyir)

dan kaidah Ijtihad yang sudah maklum dalam kitab-kitab Fiqh yaitu:

الاجتهاد لاينقص بالاجتهاد

“ijtihad yang telah lalu tidak dibatalkan oleh ijtihad yang kemudian”

Wallahu a’lam

Wassalamu’alaikum

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s