Sudahkah Kita Mengenal Seseorang

0

KAPAN KITA DI KATAKAN TELAH MENGENAL SESEORANG..??

بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

Ada seorang laki-laki berkata kepada Umar: “Sesungguhnya si fulan itu orangnya baik”.

Umar: “Apakah kamu pernah bersafar bersamanya ?

” Lelaki: “Belum pernah”. Umar: “Apakah kamu pernah bermu’amalah dengannya ?

” Lelaki: “Belum pernah”.

Umar: “Apakah kamu pernah memberinya amanah ?” Lelaki: “Belum pernah”.

Umar: “kalau begitu kamu tidak punya ilmu tentangnya.

Barangkali kamu hanya melihat dia sholat di masjid”. (Sumber: kitab Mawa’idz shohabah hal. 65)

Mengapa Umar mempertanyakan 3 perkara itu kepada orang tersebut ?

Karena dengan safar, kita dapat mengetahui karakter dan watak seseorang sesungguhnya. Sebab safar adalah bagian dari adzab, capek dan melelahkan, maka disaat itu akan tampak watak dan karakter asli seseorang..

Dengan mu’amalah seperti jual beli dan lainnya, kita dapat mengetahui akhlak seseorang. Sebab mu’amalah adalah dimana seseorang berurusan dengan harta dan mendapat peluang untuk mencari keutungan, maka disaat itu akan tampak watak dan karakter asli seseorang.

Dan dengan memberi amanah, kita dapat mengetahui kadar amanah dan agama seseorang. Sebab amanah adalah merupakan kepercayaan, dimana seseorang apakah akan jujur atau berdusta, bertanggung jawab atau semaunya, menepati janji atau ingkar janji, maka disaat itu akan tampak watak dan karakter asli seseorang.

Sungguh, merupakan pertanyaan yang cerdas, karena watak dan karakter asli seseorang biasanya akan muncul ketika menyangkut ketiga hal diatas.

۞ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ ْعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ ۞ 𝒜𝓁𝓁𝒶𝒽𝓊𝓂𝓂𝒶 𝒮𝒽ℴ𝓁𝓁𝒾 𝒶𝓁𝒶𝒶 𝒮𝒶𝓎𝓎𝒾𝒹𝒾𝓃𝒶 ℳ𝓊𝒽𝒶𝓂𝓂𝒶𝒹

Tulisan asli dari Account Twitter @JulianiMadinah https://twitter.com/JulianiMadinah/status/1694021104606622195?s=20

Apabila Ilmu Yang Tidak Bermanfaat

0



MEMOHON PERLINDUNGAN DARI ILMU YANG TIDAK BERMANFAAT
بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta ilmu yang bermanfaat setiap selesai shalat subuh dengan berdoa kepada Allah Ta’ala,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

“Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah no. 925. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.)

Demikian juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ

“Ya Allah … aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak didengar (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Dawud no. 1548, An-Nasa’i no. 5536, dan Ibnu Majah no. 3837. Hadits ini shahih.)

Syaikh ‘Abdurrahman bin Naashir As-Sa’di -rahimahullahu Ta’ala- menjelaskan bahwa ada empat macam ilmu yang tidak bermanfaat.

Pertama: Ilmu yang 100% berbahaya, tidak ada manfaat sama sekali, atau minimal bahaya ilmu tersebut lebih besar dibandingkan manfaatnya (kebaikannya). Misalnya ilmu sihir. Contoh lain, seseorang belajar tentang kesesatan (berbagai aqidah atau pemahaman yang menyimpang), namun dia belum memiliki ilmu tentang kebenaran (‘aqidah shahihah). Seseorang membaca buku-buku yang mengandung kesesatan, padahal dia tidak memiliki “senjata” untuk melindungi dirinya.

Kedua: Sibuk mempelajari ilmu duniawi (ilmu pengetahuan) yang hukum asalnya adalah mubah, namun kesibukan tersebut menjadikannya lalai dari hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupannya. Misalnya, kesibukan tersebut menyebabkan orang tersebut lalai untuk menghadiri shalat berjamaah bagi laki-laki tanpa ‘udzur (alasan yang dibenarkan syariat). Dalam kasus semacam ini, ilmu tersebut menjadi ilmu yang tidak bermanfaat.

Ketiga: Ilmu syar’i (ilmu agama), yaitu ilmu tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah, namun tidak diamalkan. Sebetulnya dia mengenal ilmu agama, namun dia tinggalkan atau tidak diamalkan. Dia mengenal keburukan namun justru menerjangnya. Ilmu syar’i yang tidak diamalkan, hanya menjadi ilmu yang tidak bermanfaat.

Keempat: Menyibukkan diri dengan ilmu alam atau ilmu modern (seperti biologi, fisika, dan semisalnya) sehingga menyebabkan dirinya cuek dan berpaling dari mempelajari ilmu agama. Orang yang membatasi diri hanya mempelajari ilmu-ilmu alam tersebut, hanya akan menyebabkan pelakunya bingung dan terjatuh dalam kesombongan. Fenomena semacam ini bisa kita saksikan. Seseorang yang hanya sibuk mempelajari ilmu tersebut, bukannya bertambah keimanan kepada Allah Ta’ala, namun akhirnya menjadi pengingkar aturan dan hukum hukum Allah allah subhanahu wa ta’ala

۞ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ ْعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ ۞

𝒜𝓁𝓁𝒶𝒽𝓊𝓂𝓂𝒶 𝒮𝒽ℴ𝓁𝓁𝒾 𝒶𝓁𝒶𝒶 𝒮𝒶𝓎𝓎𝒾𝒹𝒾𝓃𝒶 ℳ𝓊𝒽𝒶𝓂𝓂𝒶𝒹

Tulisan asli dari https://twitter.com/JulianiMadinah/status/1677972963910459394?s=20